Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

7 ALASAN TUHAN YESUS HARUS MATI BAGI DUNIA

Fokus Hidup – “Banyak orang bertanya-tanya, mengapa Tuhan Yesus harus mati di atas kayu salib? Apakah tidak ada cara lain selain Tuhan Yesus harus mati? Mengapa Ia dinubuatkan dalam Perjanjian Lama bahwa Ia akan mati menebus umat manusia dari dosa dan kutuk? Artikel ini menjelaskan dengan singkat 7 alasan Tuhan Yesus harus mati bagi dunia.”

 

Sebelum lebih jauh membahas alasan Tuhan Yesus harus mati bagi dunia, kita perlu membahas terlebih dahulu mengenai kejatuhan manusia atas dosa.

Manusia diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa Allah dan ditempatkan di tempat yang istimewa yaitu di Taman Eden. Tetapi manusia pertama, Adam dan hawa jatuh ke dalam dosa akibat ketidak taatan sehingga saat itu juga manusia hilang kemuliaan Allah, dikuasai dosa, dan mengalami kematian baik rohani maupun jasmani.

Mungkin kita berpikir bahwa ini adalah kesalahan Adam dan Hawa sehingga kita manusia jatuh dan dikuasai dosa, tetapi perlu kita ketahui bahwa tidak ada bedanya kita dengan Adam dan Hawa, jika kita sewaktu itu ada di Taman Eden, kemungkinan kita akan melakukan hal yang sama, yakni memakan buah terlarang.

Dosa telah membuat manusia terpisah dengan Allah. Tentu tidak ada cara lain yang paling efektif untuk menyelesaikannya selain Allah sendiri yang merancangkan keselamatan itu, sebab manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.

Jika Allah bisa menjadi manusia, itu logis, tetapi manusia menjadi Allah, itu diluar kodratnya dan tentu tidak akan bisa menjadi seperti Allah. Inilah siasat kuno sang iblis sebagaimana ia melakukannya kepada Hawa.

Jika memakan buah itu maka ia akan menjadi seperti Allah, begitu juga kebohongan yang dilakukan iblis hingga masa kini, yakni jika seseorang bertapa, berbuat baik, hidup kudus, menyucikan diri, dsb, ia akan menjadi Allah, dewa, atau manusia super.

Ketahuilah, manusia tidak akan bisa menjadi Allah sampai kapan pun, bila dengan cara-cara demikian. Tetapi di dalam Kristus, kita spesial, kita istimewa, sebab kita diberi kuasa menjadi anak Allah (Yoh. 1:12), hamba, dan sahabat-Nya.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah tidak bersifat kejam dengan langsung membunuh atau membinasakan manusia. Ia mengusir manusia dari Taman Eden agar manusia tidak memakan pohon kehidupan sehingga dosa menjadi kekal (Kej. 3:22) dan tentu tidak akan ada penebusan. Di sinilah awal kasih Allah terlihat, di mana Tuhan kembali merangkul manusia dengan kasih-Nya.

Sebenarnya, sejak awal Tuhan telah merancangkan keselamatan umat manusia melalui Tuhan Yesus (Kej. 3:15; bnd. Yes. 7:14). Hanya Yesus satu-satunya yang bisa menjadi Juruselamat manusia tidak ada yang lain. Mengapa? Berikut penjelasannya!

 

1. Yesus harus Mati bagi Dunia sebab Tidak Ada yang Bisa Mengembalikan Gambar Diri

Alasan pertama yang perlu kita ketahui adalah kejatuhan manusia di dalam dosa merusak gambar diri Allah di dalam diri manusia, sebab manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (Kej. 1:27). Tentu seluruh ciptaan Allah akan melihat manusia adalah gambar dan rupa Allah. Gambar Allah di sini, terkait karakter atau sifat-sifat dan eksistensi.

Maksudnya, karakter manusia penuh kasih, kudus, dan pribadi yang bertanggung jawab. Keberadaannya ialah penuh kemuliaan Allah dan bersifat kekal atau tidak pernah mati. Tetapi karena manusia telah jatuh ke dalam dosa, maka gambar diri Allah menjadi rusak. Sifat dosa warisan secara lahiriah turun kepada manusia turun temurun.

Bukan saja manusia menjadi berdosa ketika melakukan dosa, melainkan sejak ia terlahir, seseorang sudah berdosa (Rm. 3:23; Mzm. 51:7). Dosa membuat manusia menjadi picik, licik, ambisius, mencari keuntungan, dan selalu melakukan kejahatan atau tidak berkenan kepada Allah. Tidak ada yang bisa mengembalikan status manusia dengan benar, sehingga kembali memiliki gambar Allah. Siapa pun dia, tidak ada yang bisa!

Baca juga: Mengasihi Tuhan Tanpa Syarat! Buktikan Iman Saudara…

Manusia tidak bisa mewakili manusia yang lain untuk bisa mengembalikan gambar diri Allah di dalam dirinya. Juga tidak bisa menjadi setengah dewa atau manusia super sehingga bisa menyelamatkan orang lain. Jangankan menyelamatkan orang lain, menyelamatkan dirinya sendiri saja ia tidak bisa. Jelas tidak ada seorang pun manusia yang bisa mengembalikan gambar diri.

Siapa yang bisa? Hanya Yesus yang bisa mengembalikan gambar dan rupa Allah sehingga kita dapat menjadi manusia Allah. Bagaimana mungkin manusia dapat mengembalikan dirinya segambar dengan Allah, jika bukan Allah sendiri yang menunjukkan jalan-Nya? Jalan satu-satunya untuk mengalami pemulihan gambar diri adalah Yesus harus mati di atas kayu salib.

Kristus memperbaharui perjanjian Allah dengan umat manusia mengenai keselamatan dengan cara Ia harus mati. Maka, seorang Kristen yang bertobat, ia akan berbuah roh (Gal. 5:22-23). Buah roh adalah salah satu bentuk gambar diri Allah. Sebab Allah kita, sifat-Nya Mahakasih, penyayang, setia, panjang sabar, dan sebagainya.

 

2. Yesus harus Mati bagi Dunia sebab Tidak Ada yang Bisa Mengalahkan Kuasa Dosa

Tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan kuasa dosa yang mengikat kebiasaan seseorang. Justru sebaliknya, manusia hanya bisa melakukan perbuatan baik, menyucikan diri, dan berpikir hal-hal yang baik, tetapi sebenarnya tidak bisa mengalahkan kuasa dosa itu sendiri.

Perlu kita pahami terlebih dahulu apa itu dosa. Dosa itu adalah semua kejahatan manusia (1 Yoh. 5:17), pelanggaran hukum Allah (1 Yoh. 3:4), bahkan jika seseorang tahu berbuat baik tetapi tidak melakukan, maka itu juga adalah dosa (Yak. 4:17).

Jadi, dosa tidak hanya berbicara tentang kejahatan manusia yang luar biasa, tetapi juga mengenai ketidak taataan seseorang terhadap perintah Tuhan, termasuk tahu harus berbuat baik, tetapi malah ia tidak melakukannya. Bukankah Adam dan Hawa tidak melakukan dosa yang besar seperti membunuh atau mengkhianati Tuhan dengan merekrut seluruh ciptaan-Nya untuk menentang Tuhan?

Baca juga: Hanya Ada Satu Pintu Keselamatan

Mereka hanya tidak taat kepada perintah Tuhan dengan memakan buah terlarang. Tetapi, ketidaktaatan merupakan masalah besar terhadap relasi Tuhan dan manusia. Rupanya, ketidaktaatan bukan masalah kecil di mata Tuhan. Kita mungkin bisa memilah-milah dosa kecil dan dosa besar, tetapi dosa entah itu kecil atau besar, sama-sama mengikat dan berakhir kepada maut.

Faktanya, ketidaktaatan membuat manusia harus terhenti menikmati kenyamanan dan fasilitas yang ia peroleh dari Tuhan di Taman Eden. Kejatuhan manusia dalam dosa, selain membuat manusia hilang kemuliaan Allah dan terpisah jauh dari Allah, juga manusia tidak bisa keluar dari kuasa dosa itu sendiri.

Keterikatan dosa dimulai dari kecenderungan atau keinginan seseorang berbuat dosa hingga berujung maut (Yak. 1:14). Tidak ada yang mampu mengalahkan kuasa dosa di dalam dirinya.

Dosa yang terus mengikat akan membawa kita kepada keinginan-keinginan daging yang semakin berlebihan, karena Tuhan sendiri yang menyerahkan manusia berdosa kepada keinginan yang semakin kuat, termasuk hubungan seks yang tidak wajar, yakni pria dan pria, wanita dan wanita, akibatnya mengalami sakit penyakit kelamin (Rm. 1:24-32).

Manusia tidak bisa melepaskan sesamanya dari kuasa dosa, sebab ia sendiri juga membutuhkan juruselamat. Kabar baiknya, karena tidak ada seorang pun, bahkan malaikat sekalipun, di sini Allah yang penuh kasih bersedia mengutus Anak-Nya yang tunggal menjadi Juruselamat dunia (Yoh. 3:16).

Mengapa harus Yesus? Karena Allah tahu ciptaan-Nya tidak bisa menolong ciptaan-Nya yang lain, hanya Dia-lah Sang Pencipta yang sanggup mengalahkan kuasa dosa seutuhnya. Maka, mau tidak mau, Ia pun harus mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk mati bagi dunia, agar setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal.

Anugerah terbesar bagi manusia adalah Tuhan Yesus bersedia mengorbankan nyawa-Nya bagi kita, sehingga kita terlepas dari kuasa dosa. Tetapi bukan berarti seseorang tidak bisa berbuat dosa lagi ketika menjadi percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima Dia, melainkan jelas perlombaan iman kita adalah “berjuang melawan dosa” (Ibr. 12:1).

 

Baca selanjutnya: Klik di Next bawah ini, atau klik Di Sini untuk melanjutkan ke isi artikel berikutnya

One Comment

Tanggapan Anda:

error: