6 HAL TENTANG MENJALIN RELASI DENGAN BAIK
|4. Hambatan-hambatan dalam menjalin relasi
Setiap orang dapat menjalin relasi dengan baik terhadap sesamanya, apalagi ketika ia menjadi percaya kepada Tuhan. Sebab, dengan adanya pertobatan maka sifat Kristus ada di dalam diri-Nya, yakni mau mengampuni dan penuh kasih. Namun ada juga hambatan-hambatan dari diri seseorang sehingga tidak mampu menjalin relasi.
Pertama, Kesombongan dan gengsi. Banyak orang tidak bisa menjalin relasi dengan sesama disebabkan oleh kesombongan dan gengsi.
Orang yang sombong, biasanya menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya dan cenderung meremehkan orang lain. Jika ia sebagai pemimpin di kantor atau suatu lembaga, tentu ia tidak disenangi oleh bawahannya.
Begitu juga dengan seorang ayah yang hatinya sombong, dampaknya anak-anak kurang menghormatinya, bahkan anak-anaknya cenderung menjadi sombong karena mengikuti sifat ayahnya. Orang yang sombong hatinya, akan sulit membangun relasi dengan sesama, malah dibenci orang.
Baca juga: 8 AKIBAT MENOLEH KE BELAKANG, PENTING DISIMAK
Selain sombong, gengsi juga membuat seseorang kesulitan menjalin relasi dengan berbagai kalangan. Ada pepatah mengatakan, “malu bertanya sesat di jalan,” salah satu sifat gengsi adalah tidak mau bertanya, tidak mau menyapa terlebih dulu, bahkan tidak mau mengakui kesalahan yang dibuatnya secara sengaja maupun tidak sengaja.
Kesombongan dan gengsi dapat merusak keharmonisan keluarga antara suami dan istri, anak dan orang tua. Bahkan, dapat merusak citra di kantor maupun di lingkungannya.
Bukan menambah relasi, malah ia dijauhi, bahkan dibenci karena sifatnya yang menyakiti orang lain.
Kedua, Minder dan rasa takut. Minder atau rendah diri adalah sikap tidak percaya diri. Ia merasa bahwa dirinya lemah, tak sehebat orang lain, dsb. Sedangkan rasa takut yang dimaksud adalah perasaan yang dihantui oleh kegagalan. Ia merasa bahwa apapun yang dikerjakan akan selalu gagal dan gagal.
Minder dan rasa takut ini dimiliki oleh setiap orang, namun pengaruh atau besar kecil kapasitasnya di dalam diri seseorang, tergantung sejauh mana ia dapat mengatasinya atau tidak.
Kedua sifat negatif ini membuat seseorang sulit bergaul dan sulit menjalin relasi dengan orang lain. Jika seseorang tidak mampu mengatasi rasa minder dan rasa takut, maka ia tidak bisa tampil gemilang, tidak bisa berkenalan dengan banyak orang, bahkan ia hanya akan mengubur talenta dan kemampuan dirinya saja.
Kegagalan seseorang untuk meraih sukses dan menjalin relasi yang baik dengan sesama, bukan karena ia tidak memiliki keahlian dan kemampuan berkomunikasi dengan baik, tetapi karena minder dan rasa takut yang besar di dalam dirinya.
Ketiga, Egois dan kebencian. Sifat egois adalah melihat segala sesuatu menurut kacamatanya.
Ia tidak mau memahami pikiran dan perasaan orang lain, dan selalu menuntut orang lain untuk mengikuti pendapatnya saja. Orang yang seperti ini, tentu sering bertentangan dengan orang lain dalam berargumen dan tindakan.
Sikap egois berlebihan, membuat seseorang tidak bisa menjalin relasi yang baik dengan sesama. Orang yang egois bisa berkenalan dengan siapa saja, tetapi hubungan pertemanan atau partner bisnis akan terputus karena sifatnya yang mementingkan diri, perusahaannya, atau kepentingannya saja.
Selain egois, kebencian juga dapat menghalangi seseorang dalam menjalin relasi dengan baik.
Kebencian yang dipendam seseorang karena masa lalu, sesuatu hal, atau lainnya, membuat ia sulit menjalin relasi yang baik dengan sesama.
Contoh, jika ia pernah dikecewakan atau dijahati oleh seseorang dan terus memendam kebencian, maka secara mental, ia akan membentengi dirinya untuk bergaul dengan orang lain.
Untuk dapat menjalin relasi yang baik dengan sesama, maka ia seharusnya tidak egois, membuang kebencian, dan membuka diri untuk berteman dengan banyak orang.
5. Prinsip dan cara dalam menjalin relasi
Dalam menjalin relasi yang baik dengan sesama dibutuhkan prinsip dan cara yang tepat bagi seseorang untuk bersikap terhadap sesamanya. Hal ini dikenal dengan seni menjalin relasi. Menjalin relasi dengan baik terealisasi jika ada upaya mewujudkannya.
Pertama, Kontekstual dan komunikatif. Kontekstual yang dimaksudkan di sini adalah menyesuaikan diri dengan situasi atau tempat dan menyesuaikan dengan status sosial, suku, dan intelektual seseorang. Sedangkan komunikatif adalah berkomunikasi dengan baik dan efektif.
Rasul Paulus dalam menjalin relasi agar Injil dapat diberitakan, menggunakan metode berkontekstual dan komunikatif (1 Kor 9:20-22).
Kita tidak dapat menjalin relasi dengan baik jika kita tidak berkonstektual dan komunikatf. Sebab setiap orang memiliki latar belakang, budaya, dan karakter yang berbeda-beda.
Dalam ilmu psikologi, ada empat temperamen dasar, yakni sanguin: periang dan gampang bergaul, kolerik: mampu bekerjasama maupun individu dan termasuk otoriter, melankolis: perfeksionis dan introvert, dan plegmatis: penuh kesabaran dan cinta damai.
Keempat temperamen tersebut memiliki pendekatan atau cara yang berbeda, maka dibutuhkan kontekstualisasi dan komunikatif.
Beberapa unsur dalam berkontekstual dan komunikatif, yakni: 1). Menyesuaikan diri dengan situasi, latar belakang dan usia seseorang. Terlebih dulu kita perlu mengetahui latar belakang suku, agama, dan usia seseorang agar kita dapat bersikap dengan baik tanpa menyinggung dan orang tersebut meresponi dengan baik.
2). Menunjukkan sikap menghargai dan bersikap ramah. 3). Bersedia menjadi pendengar dan berbicara dengan etika yang baik. Buatlah ia nyaman berkomunikasi dengan kita. 4). Utarakan hal-hal yang positif, memotivasi, dan membangun.
Kedua, Integritas dan inisiatif. Dalam menjalin relasi dibutuhkan integritas dan inisiatif.
Jika orang lain melihat kita sebagai pribadi yang berintegritas dan inisiatif, mereka pasti mau menjalin relasi dengan kita, baik sebagai sahabat maupun rekan bisnis. Karena itu, ketika akan berkomunikasi, berinisiatiflah untuk memulai pembicaraan, tunjukkanlah ketulusan, dan keseriusan dalam berbicara dengan relasi Anda.
Di mana pun kita berada, jadilah pribadi yang menyenangkan orang lain dengan sikap kita yang konsisten dalam hal integritas dan inisiatif. Seperti, janji yang telah dibuat dan disepakati harus selalu berusaha ditepati.
Orang yang dapat dipercaya, tulus, dan jujur dalam bergaul akan mudah mendapat simpati dan kepercayaan dari orang lain.
Jadilah pribadi yang berkualitas dalam hal karakter, yakni berintegritas dan cinta damai.
Raja Daud adalah contoh seorang tokoh Alkitab yang berhasil menjalin relasi dengan baik terhadap orang-orang yang datang berlindung padanya dan kepada rakyatnya (1 Sam 22:2).
Ketiga, Peduli dan penuh kasih. Rahasia seseorang disukai dan disenangi oleh banyak orang, selain penampilan dan karakter, juga karena dikenal dengan kebaikan hatinya.
Orang yang baik hatinya dan suka berbagi, akan memperoleh penghormatan yang tulus dari orang lain.
Dalam Alkitab, orang percaya memiliki tanggung jawab untuk melakukan kebaikan atau berbagi kasih dengan orang lain, terutama saudara seiman (Gal 6:9-10). Dalam menjalin relasi, kita juga perlu menunjukkan sikap peduli, memberikan motivasi dan masukan, dan bantuan materiil jika dibutuhkan, tentu sesuai dengan kemampuan kita.
6. Manfaat dan keuntungan dalam menjalin relasi dengan baik
Seperti halnya dalam berbisnis, akan ada keuntungan yang diperoleh ketika bisnis tersebut berhasil, begitu juga dalam menjalin relasi. Ada manfaat dan keuntungan yang kita peroleh ketika kita dapat menjalin relasi yang baik dengan sesama. Dalam berbisnis, tentu seorang pebisnis membutuhkan relasi untuk dapat bekerja sama.
Berikut adalah keuntungan dalam menjalin relasi dengan sesama.
Pertama, Mendapatkan kenalan dan sahabat. Alangkah indahnya jika kita memiliki banyak kenalan dan sahabat. Jika kita dalam kesulitan atau menghadapi persoalan yang berat, tentu mereka yang akan membantu kita, memberikan motivasi, bahkan mereka hadir menguatkan kita.
Sebagai contoh dalam Alkitab, Ayub adalah seorang yang saleh dan takut akan Tuhan, ketika ia diizinkanTuhan mengalami penderitaan yang berat, ketiga sahabatnya datang dan bermaksud menghiburnya (Ayb 2:11-13).
Memang, Ayub kecewa dengan perkataan mereka yang menghakiminya, tetapi setidaknya mereka hadir dan ingin menghibur Ayub. Apalagi, kita yang memiliki banyak sahabat yang takut akan Tuhan. Merekalah yang akan memotivasi, menasihati, dan mengingatkan, ketika hidup kita mulai salah arah dan jauh dari Tuhan.
Kedua, Menciptakan keharmonisan dan kerja sama. Hubungan yang terjalin dengan dasar ketulusan dan kejujuran berdampak pada keharmonisan dan kerja sama. Hal itu dapat terwujud dalam keluarga, gereja, pekerjaan, dan di tengah lingkungan masyarakat.
Coba bayangkan, jika kita dapat menjalin relasi dengan baik!
Maka, relasi kita akan senang dengan kehadiran kita, dan mereka pun ingin bekerja sama dengan kita. Kitalah yang menciptakan keharmonisan dan kerja sama.
Selain itu, biasanya orang yang suka menjalin relasi dengan menggunakan prinsip yang di atas, akan lebih mungkin meraih keberhasilan, mendapatkan kepercayaan, bahkan ia menjadi pribadi yang berpengaruh dan panutan bagi sekitarnya.
Ketiga, Menjadi sarana bersaksi dan melayani. Sebelum Yesus naik ke Sorga, Ia memberikan Amanat Agung kepada orang percaya, yakni menjadi saksi Kristus yang hidup (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-18). Tentu, kesaksian yang efektif adalah melalui perkataan, perbuatan baik, dan tindakan kita.
Untuk mengedepankan misi sorgawi sehingga banyak orang diselamatkan, maka kita perlu menjalin relasi dengan sebanyak-banyaknya orang dari berbagai kalangan. Jadi, manfaat dan keuntungan menjalin relasi dengan baik adalah kita berkesempatan bersaksi dan melayani.
Karena menjalin relasi merupakan sarana bagi kita untuk bersaksi dan melayani Tuhan, maka perlihatkanlah kualitas rohani kita sebagai orang yang takut akan Tuhan melalui karakter dan moral yang baik.
Baca juga: NATAL MENUNTUN KITA KEPADA-NYA
Penutup
Sebagai orang percaya, marilah kita menjalin relasi dengan baik terhadap sesama kita sebagai wujud kita mengasihi Tuhan.
Mungkin mudah dalam menjalin relasi dengan sesama tetapi sulit untuk dipertahankan. Karena itu, hindarilah iri hati, percekcokan, pertentangan, dsbnya, tetapi hiduplah berdamai dengan semua orang.
Marilah kita warnai dunia di sekitar kita dengan kasih Kristus melalui menjalin relasi dengan baik terhadap sesama kita. Cerminan relasi yang baik seseorang dengan Tuhan terlihat dari sejauh mana ia memiliki relasi yang baik dengan sesamanya.
Bila relasinya dengan Tuhan tidak baik, kemungkinan relasinya dengan sesama juga tidak baik. Bisa saja ia membangun relasi dengan sesamanya hanya sebagai ajang pemanfaatan saya untuk keuntungan diri sendiri.
Jika kita mau belajar menjalin relasi dengan baik terhadap sesama kita, maka kita mendapatkan kenalan dan sahabat.
Juga kita akan mampu menciptakan keharmonisan dan kerja sama yang baik, bahkan dengan menjalin relasi yang baik dengan sesama kita, maka kehidupan kita menjadi sarana bersaksi tentang iman kita kepada sesama kita dan kesempatan kita melayani melalui surat yang terbaca, yakni kesaksian hidup kita.
(Artikel ini adalah tulisan asli penulis yang sebagian besar isi dari tulisan ini, sudah dimuat di Renungan Harian Manna Sorgawi)
(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)
Baca juga:
- 3 FAKTA TUHAN ITU ADA TANPA BUKTI ALKITAB
- SERUAN BERIBADAH DENGAN BERSORAK-SORAK – EKSPOSISI MAZMUR 100:1-5
- GENERASI PENYEMBAH: TIGA CARA MENJADI PENYEMBAH BAPA DALAM ROH DAN KEBENARAN
- SURAT TITUS: PENTINGNYA MENGETAHUI TEOLOGI PAULUS DALAM SURAT TITUS
- 5 FAKTA YESUS BENAR-BENAR MATI DISALIBKAN DI ATAS KAYU SALIB
- 7 ALASAN YESUS HARUS MATI BAGI DUNIA YANG PERLU ANDA KETAHUI
Jika Anda merasa diberkati dengan Artikel berjudul, “6 Hal tentang Menjalin Relasi dengan Baik” ini,bagikanlah artikel ini kepada sahabat, keluarga, dan rekan-rekan Anda.
Jangan lupa, Like (Sukai) Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik di sini untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.
Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik di sini. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.
Jangan berhenti di tangan Anda, tetapi bagikanlah artikel 7 Fakta Seputar LGBT yang perlu Anda ketahui ini, melalui sosial media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda. Sebab dengan demikian, Anda juga sudah berpartisipasi dalam mengajarkan kebenaran Alkitab. Selain itu, teruslah bertekun dalam Kristus. Tuhan Yesus Memberkati …!!!