Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

Mengasihi Tuhan Tanpa Syarat! Buktikan Iman Saudara…

Fokus Hidup“Seperti apakah seseorang mengasihi Tuhan? Apakah mengasihi Tuhan tanpa syarat? Renungan yang berjudul ‘Mengasihi Tuhan Tanpa Syarat, Buktikan Iman Saudara… ini, menjelaskan tentang kasih Tuhan yang besar. Bacalah renungan ini yang dapat menguatkan kerohanian Anda.”

 

Bacaan ayat: Yohanes 21:15-17
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi 
Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku 
mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (ayat 15)

Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" 
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus 
kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (ayat 16)

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" 
Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" 
Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi 
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (ayat 17)

 

Sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga, Ia memberikan tugas mulia kepada Petrus, yaitu “Gembalakanlah domba-dombaku.” Sejarah mencatat bahwa Petrus menjadi Pemimpin Kristen pertama di Yerusalem.

Meski Petrus pernah menyangkal, namun penyangkalannya itu, tidak membuat Tuhan Yesus meragukan pribadi Petrus. Artinya, Kristus tahu bahwa Petrus mampu “menggembalakan domba-domba-Nya”.

Baca juga: Mom’s Night Out; Milikilah Hati untuk Diubahkan Oleh-Nya…

Ada kisah yang menarik antara percakapan Yesus dengan Petrus, sewaktu Yesus hendak memercayakan tugas penggembalaan kepada Petrus. Tuhan Yesus bertanya sampai tiga kali kepada Petrus, apakah engkau mengasihi Aku?

Dalam bahasa Yunani, kasih terbagi atas empat jenis, yaitu agape adalah kasih yang sempurna, phileo adalah kasih terhadap sesama, storge adalah kasih terhadap orang tua atau keluarga, dan eros adalah kasih yang mengandung unsur seks.

Kata “mengasihi” pada pertanyaan pertama yang diajukan Tuhan Yesus kepada Petrus, dalam bahasa Yunani menggunakan kata agape, “Apakah engkau agape Aku?”

Menariknya, Petrus menjawab pertanyaan Tuhan Yesus tidak menggunakan kata agape, melainkan phileo. Jawab Petrus kepada-Nya, “… aku phileo Engkau.” Pertanyaan kedua juga menggunakan kata yang sama, yakni Tuhan Yesus  menggunakan kata agape, Petrus menjawab dengan kata phileo.

Sepertinya, komunikasi Tuhan Yesus dengan Petrus tidak pas. Tuhan bertanya agape, Petrus menjawab phileo, namun sebenarnya Tuhan Yesus mengerti jawaban Petrus. Jawabannya kepada Tuhan Yesus, sebenarnya merupakan ekspresi menyadari akan keterbatasan dirinya.

Baca juga: Mendidik Anak Sejak Dini; Haruslah Segera, Jangan Tunda!

Rupanya, penyangkalan yang pernah dilakukan Petrus memberikan efek, bahwa ia menyadari keberadaannya yang tidak mampu mengasihi Tuhan dengan kasih agape. Buktinya, ketika ia dikatakan murid Yesus, Petrus takut dan menyangkal (Yoh 18:17,25-27).

“Ia menyadari bahwa sebagai manusia, dirinya tidak mampu mengasihi Tuhan dengan kasih agape. Ia hanya bisa mengasihi Tuhan Yesus dengan kasih yang terbatas, yaitu phileo.”

Akan tetapi, pertanyaan Tuhan Yesus yang ketiga kepada Petrus, khususnya “mengasihi,” berbeda dengan dua pertanyaan sebelumnya. Tuhan Yesus tidak lagi menggunakan kata agape tetapi phileo. “Simon, anak Yohanes, apakah engkau phileo Aku?”

Mendengar pertanyaan itu, Petrus menjadi sedih  hati, “Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya ….” Betapa tidak! Hal ini membuatnya menyadari bahwa Tuhan menerima ia apa adanya dan menghendakinya mengemban tugas penggembalaan.

Tetapi, setelah Petrus dipenuhi Roh Kudus, ia mengasihi Tuhan dengan segenap hati, bahkan mati bagi Kristus. Ia telah membukitkan imannya kepada Kristus melalui setia melayani dan membiarkan dirinya menjadi martyr Tuhan.

Baca juga: Berkarya di Usia Senja? Ini yang Seharusnya DIlakukan…

Syarat mengasihi Tuhan ialah tanpa syarat. Tuhan Yesus menerima kita apa adanya, dengan segala keterbatasan dan kemampuan kita. Yang dilihat oleh-Nya adalah kejujuran dan pengakuan dosa kita kepada-Nya. Dan, Ia akan memulihkan serta memakai hidup kita, asalkan kita tetap tinggal dalam proses-Nya.

Mengasihi Tuhan tanpa syarat, asalkan kita mau datang kepada-Nya, namun kita pun harus mengerjakan keselamatan kita, setelah kita menerima anugerah keselamatan yang cuma-cuma itu.

Tanpa syarat di sini bukan berarti setelah kita percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, lantas kita tidak melakukan apa-apa dan hidup sesuka kita. Justru sebaliknya, kita menjadi milik Kristus, tidak lagi ada hak apapun.

Bila diibaratkan, kita lebih miskin dari orang miskin, sebab semiskin-miskin orang miskin, masih mempunyai hak, sedangkan kita tidak lagi. Bila kita sebelumnya hamba dosa, maka kita sekarang adalah hamba kebenaran. Maka, kita perlu berjuang untuk mempertahankan iman kita dan menjadi serupa dengan Kristus dalam hal karakter dan kesetian-Nya.

Maksud tanpa syarat adalah kita tidak perlu membawa apa-apa ketika datang dan mau menerima Dia menjadi penguasa dalam hidup kita. Kita tidak perlu lagi mempersembahkan korban penghapus dosa sebagaimana sebagai syarat dalam PL untuk berkenan di hadapan Tuhan, sebab Kristus telah menjadi korban Anak Domba sekali untuk selama-lamanya.

Kita juga tidak perlu berkiblat atau mengarah ke Yerusalem, bahkan tidak lagi melalui Imam Besar di Bait Allah, sebab Kristus telah menjadi Imam Besar Agung selama-lamanya. Ketika Ia mati di atas Kayu Salib, tabir Bait Allah yang berada atau memisahkan antara Ruang Kudus dan Maha Kudus di Bait Allah terbelah dua.

Baca juga: Mengampuni Adalah Obat Kebencian, Jangan Keras Hati…

Hal itu, menandakan semua orang bisa datang langsung kepada Kristus. Baik anak-anak maupun orang tua dapat mendekati Allah dan menerima pengampunan dosa melalui pengorbanan Kristus di atas Kayu Salib.

Dan bila kita sudah merasakan kasih-Nya yang besar itu, dimana Tuhan Yesus menerima kita apa adanya, sudah selayaknya kita hidup bagi Dia dengan menjauh dari dosa, hidup kudus, dan mengejar kesempurnaan, yakni menjadi serupa dengan Kristus.

Karena itu, tetaplah percaya, hidup kudus, berjalan dalam kehendak dan rencana-Nya, dan selalu mengaplikasikan kasih Kristus senantiasa. Milikilah prinsip seperti halnya Paulus, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Fil. 1:21).”  Perlihatkan atau buktikan iman Saudara dan tuntaskanlah pertandingan iman dengan benar!

DOA
Tuhan Yesus, aku bersyukur sebab Engkau mengasihi dan menerimaku apa adanya, pakailah hidupku untuk kemuliaan namaMu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Mengasihi Tuhan Tanpa Syarat, Buktikan Iman Saudara...” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Gogle+, dll.) Anda. Jangan lupa, Like (Sukai) Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

 

One Comment

Tanggapan Anda:

error: